Selasa, 03 Mei 2016

PENERAPAN  APLIKASI RFID DIBIDANG PERPUSTAKAAN

Oleh : Yudhistira Bagas Pratama
135030701111009

1.    RFID (Radio Frequency Identification)

Beberapa tahun terakhir teknologi berbasis frequensi radio RFID berkembang sangat pesat, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satu diantaranya kebutuhan yang besar dengan menggunakan teknologi. RFID nmerupakan teknologi penangkapan data yang dapat digunakan secara elektronik untuk mengindentifikasi, melacak dan menyimpan informasi yang tersimpan dalam tag RFID (Wilhusen, 2005). Tag RFID (transfonder) akan mengenali diri sendiri ketika mendekteksi sinyal dari perangkat yang hanya dapat dibaca saja (Read only) dibaca dan ditulis (Read/Write) sekali tulis dan banyak baca (write once read many) juga tidak memerlukan kontak langsung maupun jalur cahaya untuk dapat beroperasi. RFID dapat berfungsi pada berbagai variasi kondisi lingkungan dan menyediakan tingkat integritas data yang tinggi. Selama ini sistem otomatis yang dikenal di perpustakaan sistem barcode mempunyai keterbatasan dalam penyimpanan data serta yang tersimpan didalamnya (Tarigan, 2004). Teknologi RFID merupakan bagian dari RF (Radio Frequensi) yang digunakan sebagai media identifikasi secara wireless yang terdiri dari dua komponen (Karigianes, 2007) yaitu:
a.    RFID tag (tranfonder) yang terdiri dari sebuah device yang kecil yang tertanam dalam sebuah buku seperti label, smartcard dan lainya yang memiliki identifikasi yang unik dan memori yang dapat di tulis.
b.    RFID reader merupakan sebuah device yang dapat berkomunikasi tanpa kontak langsung dengan suatu tag untuk mengidentifikasikanya apabila terhubung dalam suatu asosiasi data
Komunikasi tanpa kontak langsung (wireless) pada radio frequensi (Karigianes, 2007).

Kartu reader acces RFID

Gambar contoh sederhana dari komunikasi secara wireless pada radio  Frequensi

2.    Pemanfaatan RFID di Perpustakaan

Jika di masa lalu barcode telah menjadi cara utama untuk pelacakan buku, makalah, kini system RFID menjadi teknologi pilihan untuk tracking majalah, buku, disertasi, thesis, makalah perpustakaan, bahkan kendaraan, dan pustakawanya. Salah satu alasannya adalah kemampuan baca tulis dari system RFID aktif memungkinkan pengunaan aplikasi interaktif. Selain itu, tag juga dapat baca dari jarak jauh dan melalui subtansi seperti asap, atau cat di mana barcode telah terbukti tidak dapat digunakan. Gagasan untuk menggunakan teknologi RFID di perpustakaan akhir-akhir ini merebak, baik di kalangan perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Sekolah Penggunaan atau rencana penerapan RFID oleh Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam rencananya untuk dapat mengimplementasikan teknologi RFID sebagaimana diuraikan:
a.    Pelacakan Buku: Perpustakaan Perguruan Tinggi perlu memasang tag RFID didalam item-item buku perpustakaan. Peralatan yang ditanam tersebut memungkinkan Perpustakaan  dapat melacak pengguna – pengguna dan buku yang sudah di inventaris  dengan barcode yang dimiliki dengan me-link-kan nama pengguna dan informasi kartu anggota dengan nomor seri barcode pada suatu item buku. Tag UHF adalah teknologi RFID generasi baru yang menyediakan kecepatan transfer data yang cepat dan rentang baca yang lebih jauh.
b.    Pelacakan Pengguna dan Pustakawan: Perpustakaan bisa menerapkan system tracking di bagian smatcard/kartu anggota perpustakaan karena sadar akan kekuatiran akan pelayanannnya. Dengan system ini seluruh pengguna, pengunjung dan karyawan yang memasuki perpustakaan diberi kartu smartcard yang ditanami chip RFID. Kartu baca oleh sensor yang dipasang di langit-langit yang mencatat secara tepat waktu masuk dan keluarnya pengunjung perpustakaan. Informasi ini tersimpan dalam komputer selama 21 hari. Teknologi ini juga memungkinkan untuk dengan mudah segera melacak buku yang pernah dipinjam anggota yang pernah dilayani pustakawan. Walaupun saat ini tag RFID belum digunakan secara luas pada buku-buku perpustakaan karena harga tag yang dianggap masih mahal.Namun dengan seiring usaha perpustakaan-perpustakaan untuk memperbaiki cara pelacakan buku dan melihat profil pengguna, peningkatan permintaan dan produksi teknologi RFID akan membawa pada penurunan harga.

3.    Penerapan RFID di Perpustakaan

Sistem yang lebih rinci RFID pada dasarnya terdiri dari 5 Komponen :
a.    Label dengan microchip bertenaga baterai atau tanpa baterai dan antenna
b.    Reader atau alat scanning device yang dapat membaca tag dengan benar dan  mengkomunikasikan hasilnya ke suatu basis data
c.    Maddleware mencatat dan menerima mengirim informasi dari label ke pusat penyimpanan data.
d.   Sofware aplikasi sebuah  perangkat lunak yang berisi sekumpulan layanan aplikasi – aplikasi dan pemakai mempertukarkan informasi lewat jaringan – jaringan layanan ini berada di tengah-tengah  antara sistem operasi dan perangkat lunak jaringan aplikasi tersebut.

    Gambar Basis data dalam system RFID

Terdapat konfigurasi yang umum dalam penerapan system RFID di Perpustakaan yaitu:
1. RFID Tag
a.  Dapat ditulis ulang, label standart ISO mengindentifikasi dan melacak berbagai barang atau buku
b.  Memori chip menyimpan informasi buku tersebut
c.  Status sekuriti tersimpan langsung pada label
d.  Menghilangkan garis pandang (line of sight) yang diperlukan untuk
memproses buku.
2. Conversion Station
a.  Konversi ID barang dari barcode ke label RFID
b.  Secara otomatis menyalurkan/mengeluarkan label
c.  Mencakup layer sentuh,scanner barcode optic,RFID reader dan gerobak  
portable
d.   Memungkinkan programming/reprogramming (entir data)
e.    Tidak memerlukan koneksi ke sistem sirkulasi terotomasi
f.     Secara dramatis menyederhanakan proses  checkout/chekin (peminjaman/pengembalian)
g.    Memroses buku dengan barcode dan label RFID
h.    Banyak memproses buku sekaligus secara bersamaan
i.      Kendali operasi dengan layer sentuh
3.  Staff Workstation
a.    Meningkatkan efisiensi tempat kerja dan ergonomic
b.    Memproses barang dengan barcode dan label RFID
c.    Display dikombinasikan dengan display system otomasi
d.   Bekerja dengan computer di meja sirkulasi, scanner,printer
e.    Bekerja sebagai tempat sirkulasi atau tempat programming label (data entri)
f.     Dapat memproses peminjaman (chek out) banyak barang sekaligus secara bersamaan.
4      Digital Library Assistant
a.    Mampu membaca sendiri, shelving,pengurutan,pencarian,penyiangan dan pencarian yang luar biasa.
b.    Dapat digunakan untuk scan barang untuk status sekuriti dalam hal alarm berbunyi. 
c.    Seacara bersamaan melakukan pembacaan,pencarian dan scan persediaan.
d.   Dapat memegang/menyimpan informasi lebih dari 1 juta barang.
e.    Antena mempermudah pembacaan pada rak yang tinggi dan rendah
5. Detection System
a.    Proteksi sekuriti yang tinggi untuk semua koleksi perpustakaan
b.    Pilihan suara alarm memainkan pesan pilihan
c.    Lebar koridor mengikuti standar ADA
d.   Penghitung trafik terintegrasi
e.    Tidak membutuhkan aplikasi server
f.     Tersedia dalam warna abu-abu gelap dan terang.
6. Self – return books drops
Koleksi buku yang dikembalikan di pelayanan siekulasi langsung bias diidentifikasi setelah melalui book drop, dan fungsi sekuriti anti pencurian diaktifkan kembali..Pada saat yang sama database perpustakaan diperbarui. Pemakai langsung mengembalikan sendiri (self return book drop) menyediakan service pengembalian 24 jam. Sebagai tambahan, book drop dapat dilengkapi dengan automatic sorting system, menjadikan pengelolaan koleksi lebih efisien.



4.    Kendala dalam Penerapan RFID

Penerapan  teknologi dari barcode ke RFID yang diterapkan harus mampu menjembatani transisi itu yang mempunyai fleksibilitas dengan menyediakan kemampuan memproses dengan kedua teknologi tersebut.Kemungkinan penerapannya dengan system sekuriti yang mungkin dianggap sudah berjalan baik. Penerapan RFID diperpustakaan memerlukan kebutuhan middleware yang efisien dengan data, privasi pada pengguna dan juga standarisasi. Terdapat suatu kekuatiran terhadap privatisasi pengguna, RFID memunculkan dua kekuatiran utama bagi para penggunanya yaitu pelacakan tersembunyi (clandestine tracking) dan pengumpulan data secara diam-diam (clandestine inventorying). RFID merespon interogasi reader tanpa memberitahu pemilik atau pembawanya. Karena itu jika berada pada rentang pembacaan reader, scaning diam-diam (clandestine scanning) pun mengancam. Ancaman terhadap privasi muncul ketika sebuah nomor seri tag dikombinasikan dengan informasi pribadi sebagai contoh, ketika seorang anggota perpustakaan menggunakan kartu anggota meminjam buku di perpustakaan, staff perpustakaan yang melayaninya dapat membuat link antara identitas pengguna tersebut dengan nomor seri tag yang ada padanya, maka staff perpustakaan kemudian dapat mengindentifikasi profil anggota dengan menggunakan jaringan reader-reader RFID, baik di dalam perpustakaan maupun diluar. 

Gambar: Ilustrasi ancaman privasi pada pengguna

5.    Potensi Ancaman Resiko Bahaya RFID 

Penyebaran RFID secara  umum akan memudahkan timbulnya ancaman, keamanan maupun gangguan privasi. Gangguan ini merupakan ancaman untuk RFID antara lain: serangan secara fisik yaitu dengan cara tag diambil, ditukar,digores. Serangan aktif tidak secara fisik yaitu ikut serta dalam protocol atau menyamar sebagai pemilik atau reader yang sah, dengan melakukan query seperti reader sesuka hati, dapat memodifikasi atau pengubahan isi dari tag RFID. Dengan penyadapan akan mendapatkan duplikai pesan tanpa ijin, Repalying menyimpan pesan yang ditangkap untuk digunakan pada pemakaian pengguna yang lain. Serangan Dental of service membanjiri saluran atau sumber lain dengan pesan yang bertujuan untuk menggagalkan pengaksesan pemakai lain.

6.        Kesimpulan

RFID (Radio Frquensi Identification ) merupakan sebuah teknologi compact wireless yang unggul untuk mentarnformasi dalam dunia perpustakaan yang relative masih baru, akan menjadi alternative selain barcode yang secara luas sudah banyak digunakan. Kedua teknologi tersebut dapat diterapkan berdampingan bersama dengan mengunakan kofigurasi dengan system RFID yang sudah banyak terdapat di pasaran secara umum.Oleh karena itu juga banyak terdapat kelebihan dalam teknologi RFID yang sering diunggulkan untuk mentranformasi  dalam dunia komersial maupun dalam perpustakaan Disamping juga keterbatasan benturan kepentingan masyarakat terhadap masalah isu privasi pada pemanfaatan system RFID secara garis besar meliputi pentingnya pemberian informasi tentang pemakian teknologi RFID. Sebelum penggunaanya diterapkan oleh semua perpustakaan.

7.    Daftar Pustaka

Maryono, 2005. Dasar-dasar Radio Fequensi Identification (RFID) Teknologi Yang Berpengaruh di Perpustakan. Media Informasi vol XIV no.20 Th 2005
Tarigans ZJH, 2004. Integrasi Technologi RFID dengan teknologi Erp untuk otomasisasi data (Studi kasus pada gudang barang jadi perusahaan furniture, jurnal teknik Industri vol 6 no.2 Desember 2004, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Wirawan, I made Widhi, 2008. Thesis Aplikasi RFID Smardcard dibidang pariwisata. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar